Text
Bank Sentral Itu Harus Membumi
Pertengahan tahun 2009, suasana politik di Indonesia menghangat. Ketika itu, perhatian rakyat terpusat pada pelaksanaan pemilihan umum yang memunculkan sejumlah calon pemimpin dalam bursa capres-cawapres. Dan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai capres incumbent, mencalonkan diri untuk kedua kali, la menggandeng Gubernur Bank Indonesia, Boediono, untuk menjadi calon wakil presiden.
Di tengah kegelisahan yang merambat naik, Boediono menelepon Darmin Nasution yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Pajak. Boediono mengatakan bahwa Presiden memutuskan untuk mencalonkan. Darmin Nasution sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) di Bank Indonesia. Presiden mencalonkan Darmin Nasution sebagai DGS di Bank Indonesia yang kemudian mengantarnya menjadi Gubernur Bank Indonesia. Kejadian itu terjadi pada akhir Maret, sore hari. Usai menutup telepon, sosok yang akrab disapa Pak Darmin ini termenung. Meski dikenal memiliki rekam jejak yang sangat meyakinkan, dalam batinnya terselip kekhawatiran. Akankah dirinya mampu sebagai "orang fiskal dan sektor riil" yang masuk ke sarang "orang moneter"?
Berita sore itu menjadi awal kisah menarik sekaligus perjalanan penuh tantangan yang dialami Pak Darmin sebagai pemegang tongkat penentu kebijakan moneter Indonesia.
003495 | 332.11 Dar b | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain